The Amulet of Samarkand (Bartimaeus Trilogy #1)

Amulet of SamarkandAlkisah, sesuatu terjadi di masa lampau. Sesuatu yang membuat penyihir berjalan dengan leluasa di dunia dan membaur dengan masyarakat. Sihir dan jampi-jampi diterima di kehidupan sehari-hari sebagai sesuatu yang biasa. Di dunia seperti ini, Inggris dikuasai oleh penyihir-penyihir sakti, dan Nathaniel, seorang anak laki-laki, dijual oleh orangtuanya kepada pemerintah untuk menjadi murid penyihir di bawah bimbingan Arthur Underwood, seorang penyihir kelas menengah di pemerintahan Inggris.

Suatu hari, karena sebuah insiden, Nathaniel dipermalukan oleh seorang penyihir kelas atas bernama Simon Lovelace. Bertekad untuk membalas dendam, ia mempelajari sihir sedalam-dalamnya, berjuang menguasai sihir-sihir bahkan di usianya yang masih belia. Akhirnya, ia berhasil memanggil seorang Djinn bernama Bartimaeus, yang konon berusia lebih dari 5000 tahun, untuk mencuri sebuah amulet dari Simon Lovelace. Tindakan sederhana tersebut membuat Nathaniel terjebak dalam jaring-jaring kriminal, politik, dan persaingan sihir di jajaran kerajaan Inggris.

Di saat bersamaan, sebuah gerakan pemberontak jalanan telah bangkit.

***

Pertama kali aku menemukan novel ini, tergeletak di toko buku lokal, adalah saat aku masih SMA. Saat itu, aku masih terlalu gandrung dengan Harry Potter untuk melirik novel-novel fantasi lainnya, apalagi yang kedengarannya terlalu sejenis (bukan salahku. Waktu itu ada film di TV Indonesia berjudul Heri Putret. Atau Heri Potret. Whatever. Bagaimana pun, setiap kali mengingatnya, aku selalu merasa malu sendiri). Jadi, aku rada gerah kalau nemu novel, terus baca summary-nya di bagian belakang, dan mendapati isinya terlalu mirip serial favoritku itu.

Itu dulu.

Tahun kemarin, setelah mendapatkan tablet dan bisa membeli eBook dengan sesuka hati, aku menemukan kembali novel ini dan membelinya. Hasilnya, ternyata, isi ceritanya jauh dari dugaanku.

One magician demanded I show him an image of the love of his life. I rustled up a mirror.

Ada beberapa kesamaan, pastinya, antara Bartimaeus Trilogy – dalam hal ini adalah The Amulet of Samarkand – dengan Harry Potter. Kedua-duanya sama-sama menceritakan mengenai penyihir, kedua-duanya sama-sama ber-setting di Inggris. Tapi, melalui buku ini, untuk pertama kalinya aku mengenal yang namanya hard magic system.

Apa itu hard magic system? Artinya adalah sistem sihir yang kaku, strict, dengan aturan-aturan dan logika yang menyerupai ilmiah. Ini berlawanan dengan soft magic system seperti pada Harry Potter, yang satu-satunya aturan adalah mantra (itupun di buku-buku selanjutnya ada yang namanya non-verbal spells, jadi nggak perlu mengucapkan mantra) dan ayunan tangan (tidak juga, di buku-buku selanjutnya orang meluncurkan mantra-mantra bisa seenak hati dari posisi tangan mana pun). Jadi, sistem sihirnya nggak kaku. Tidak seperti The Amulet of Samarkand.

Di The Amulet of Samarkand, supaya seorang penyihir bisa menyihir, ia harus memanggil jin. Yups, benar-benar memanggil jin dengan lingkaran pemanggil, pentagram/heksagram, mantra, ucapan tertentu, dst. Tanpa melakukannya, penyihir takkan bisa menyihir. Sesederhana itu, namun krusial. Di satu bab, kita bisa melihat bagaimana penyihir yang tidak sempat memanggil jinnya terbunuh, dan penyihir yang jinnya kalah kuat terbunuh juga. Semakin ahli penyihir dalam menggambar lingkaran dan jampi-jampi, ia bisa memanggil dan mengendalikan jin yang semakin kuat. Dan semakin kuat jin yang dipanggil, semakin sakti-lah penyihir tersebut.

Dan, di cerita ini, protagonis kita, seorang penyihir muda yang masih belajar di bawah bimbingan Master-nya, berhasil memanggil Bartimaeus: seorang jin berusia 5000 tahun lebih.

Jabor finally appeared at the top of the stairs, sparks of flame radiating from his body and igniting the fabric of the house around him. He caught sight of the boy, reached out his hand and stepped forward.

And banged his head nicely on the low-slung attic door.

Salah satu hal yang membuat The Amulet of Samarkand bersinar adalah karakternya. Setiap tokoh di The Amulet of Samarkand, bahkan para jinnya, terasa hidup. Mereka memiliki kelemahan, mereka memiliki kekurangan. Dan mereka semua cool. 

Selain itu, ceritanya cukup ramai: ada konspirasi, ada kisah balas dendam, kisah cinta, kisah belajar sihir, kisah penebusan dosa dan kesalahan, dan masih banyak lagi. Dan, yang paling utama, sistem sihirnya ngepas dengan ceritanya. Benar-benar sesuai.

Source: Myluckyseven.net
Source: Myluckyseven.net

Terus, satu hal yang kusadari, adalah bahwa sistem sihir seperti ini sebenarnya tidak asing: kita menjumpainya di perdukunan di Indonesia, ‘kan? Memanggil jin, memanfaatkan mereka untuk melakukan hal-hal kotor kita, dan banyak lagi. Mungkin Mr. Jonathan Stroud pernah datang ke sini, melihat bagaimana dukun bekerja, dan memutuskan untuk membuat novel berdasarkan hal tersebut?

Yang jelas, buku ini superb.

One thought on “The Amulet of Samarkand (Bartimaeus Trilogy #1)

Leave a comment